MENCINTAI ORGANISASI ANSOR
Oleh : MOH. MAS IWAN
Sebagai pengurus dan kader ansor kita wajib memiliki rasa dan tanggung jawab yang tinggi untuk mencitai dan mengembangkan organisasi Ansor ini, Ibarat manusia, pengurus di dalam organisasi itu seperti nyawa. Organisasi tak akan hidup jika di dalamnya tidak ada pengurusnya. Bukan sekedar ada pengurusnya atau tidak, namun pengurus di dalamnya pun haruslah selalu berupaya untuk mencitai organisasi agar sebuah organisasi dapat hidup dengan sehat. Sebagaimana yang kita ketahui Oganisasi merupakan wadah yang terdiri dari 2 orang atau lebih yang berkumpul dan memiliki tujuan yang sama. Dalam organisasi Ansor akan dijumpai orang dengan berbagai sifat dan karakternya. Organisasi Ansor terkadang akan kehilangan anggotanya setelah para anggota tersebut mencapai titik kejenuhan. Oleh sebab itu, diperlukan pendekatan-pendekatan yang jitu agar organisasi Ansor itu tidak tinggal nama. Perlu adanya generasi penerus yang akan meneruskan perjuangan dalam organisasi Ansor tersebut.
Oleh : MOH. MAS IWAN
Sebagai pengurus dan kader ansor kita wajib memiliki rasa dan tanggung jawab yang tinggi untuk mencitai dan mengembangkan organisasi Ansor ini, Ibarat manusia, pengurus di dalam organisasi itu seperti nyawa. Organisasi tak akan hidup jika di dalamnya tidak ada pengurusnya. Bukan sekedar ada pengurusnya atau tidak, namun pengurus di dalamnya pun haruslah selalu berupaya untuk mencitai organisasi agar sebuah organisasi dapat hidup dengan sehat. Sebagaimana yang kita ketahui Oganisasi merupakan wadah yang terdiri dari 2 orang atau lebih yang berkumpul dan memiliki tujuan yang sama. Dalam organisasi Ansor akan dijumpai orang dengan berbagai sifat dan karakternya. Organisasi Ansor terkadang akan kehilangan anggotanya setelah para anggota tersebut mencapai titik kejenuhan. Oleh sebab itu, diperlukan pendekatan-pendekatan yang jitu agar organisasi Ansor itu tidak tinggal nama. Perlu adanya generasi penerus yang akan meneruskan perjuangan dalam organisasi Ansor tersebut.
Cinta merupakan Salah satu
pendekatan yang patut dikaji, sebagai salah satu aspek dalam mengembangkan organisasi
Ansor . Membangun organisasi Ansor dengan cinta bukan berarti bahwa setiap orang
dalam organisasi harus memiliki hubungan
spesial seperti cinta kasih layaknya sepasang kekasih atau sepasang suami
istri, namun lebih fokus pada rasa cinta akan kebersamaan yang bertujuan untuk
membangun organisasi Ansor . Kita sering menemui terkadang orang masuk dalam organisasi
tidak tulus semata-mata ingin memajukan organisasi
Ansor tersebut. Bisa jadi orang masuk
dan bergabung dengan organisasi karena
diminta, karena ada kepentingan, bahkan karena keterpaksaan. Maka tidak jarang
banyak organisasi Ansor yang terbentuk
hanya sebatas simbolis tanpa ada pergerakan bahkan hilang tanpa jejak.
Butuh pendekatan emosi
(afeksi) dalam membangun organisasi Ansor . Setiap pemimpin organisasi harusnya
menyadari hal ini. Jika kita lihat kasus-kasus dari beberapa organisasi yang mengalami kekisruhan dan perpecahan
akibat kepentingan ego masing-masing anggota, cukup bagi kita mengambil
kesimpulan bahwa diantara anggota organisasi Ansor kurang memiliki kedekatan secara emosional,
kurangnya kesadaran akan kebersamaan untuk mencapai tujuan organisasi Ansor .
Ada beberapa hal yang
menjadi faktor penghambat pengembangan organisasi Ansor , antara lain adalah
kurang pahamnya pemimpin dan anggota organisasi akan tujuan, visi dan misi organisasi
Ansor , kurang menyatunya budaya organisasi yang dibangun dengan budaya anggota
organisasi dan kurang adanya rasa
kebersamaan setiap anggota organisasi Ansor (hubungan interpersonal). Dari ke tiga hal di
atas memang sulit untuk dikaji dari satu aspek saja, namun pendekatan cinta
adalah salah satu analisis yang mampu memberikan solusi dari permasalahan
tersebut.
Cinta adalah suatu
perasaan dan tingkah laku yang positif, serta komitmen yang dimiliki seseorang
guna menjaga kestabilan perasaan dan tingkah lakunya yang dapat mempengaruhi
hubungan yang sedang dijalani. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan
antarasesama manusia dengan lebih dari dua orang bahkan lebih, tidak hanya
sebatas hubungan antara dua orang yang sedang jatuh cinta. Untuk memahami dan
menguraikan cinta secara mendalam, Sternberg memformulasikan sebuah model
berkenaan dengan cinta. Teori ini dinamakan sebagai Triangular Theory
of Love atau teori triangulasi cinta yang menjelaskan bahwa cinta
dapat dipahami melalui tiga komponen yaitu intimacy, passion,
dan commitment.
Berdasarkan teori
Sternberg mengenai tiga komponen cinta yaitu komitmen, keintiman,
passion/gairah, merupakan salah satu kajian yang secara tidak langsung membahas
tentang pola komitmen adalah hal yang paling penting dalam organisasi Ansor .
Setiap organisasi Ansor membutuhkan
komitmen dari individu-individu dalam organisasi . Suatu kondisi dimana
seseorang tetap bertahan dengan sesuatu atau seseorang, dimana bertahan sampai
akhir merupakan tujuan semua orang. komitmen tidak segampang itu, komitmen
tidak hanya sekedar menyetujui akan tetap bersama dalam menghadapai
kesulitan-kesulitan, komitmen itu lebih kompleks. Komitmen itu mencurahkan
perhatian, melakukan sesuatu untuk menjaga, melindungi dan memperbaiki organisasi
apabila sedang dalam masa
kritis. Kedua pihak antara organisasi Ansor dan karyawan harus saling memperhatikan
kebutuhan satu sama lain. Meletakan pekerjaan pada prioritas utama, termasuk
kerelaan untuk berkorban secara pribadi demi terciptanya hubungan yang
baik dalam organisasi Ansor .
Yang kedua adalah
keintiman, Setiap anggota organisasi Ansor baik dari pemimpin, manajer dan karyawan
memerlukan keintiman. Intimacyatau keintiman berhubungan dengan
sisi emosi dan afeksi seseorang. Tentang kehangatan hubungan, kedekatan, dan
keterikatan pihak yang berhubungan. Dalam komponen ini, kedekatan emosional
untuk selalu berdekatan dengan orang lain didorong oleh elemen afeksi.
Seseorang yang memiliki intimacy yang tinggi dengan orang
lainsangat memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan orang sekitarnya,
menghormati dan menghargai satu sama lain, dan memiliki tingkat saling
pengertian yang tinggi. Mereka mempunyai rasa saling memiliki, selalu ingin
berbagi, saling memberi dan menerima dukungan emosional dan berkomunikasi
secara intim. Sebuah hubungan mencapai keintiman emosional dimana kedua pihak
saling terbuka, saling mengerti, saling mendukung dan tidak ada rasa takut ditolak
ketika berbicara tentang apapun. Mampu menyelaraskan nilai, meskipun pasti
ada perbedaan dalam setiap pendapat. Saling memaafkan dan menerima ketika
diantara kedua pihak ada berbuat kesalahan dan berbeda pendapat. Hal ini sangat
dibutuhkan dalam sebuah organisasi Ansor .
Salah satu ciri organisasi
Ansor yang sehat adalah ketika
individu-individu dalam organisasi Ansor memiliki pola hubungan yang sehat. Hal ini
berpengaruh terhadap kinerja dan pola kerjasama yang akhirnya berdampak pada
hasil kerja yang dicapai. Akan tetapi organisasi Ansor harus menanamkan aturan yang jelas, agar
kedekatan yang terjalin antar sesama karyawan tidak mengurangi sikap
profesional dalam bekerja.
Adapun Yang ke tiga adalah Passion. Passion dalam
hal ini merupakan kombinasi antara kenikmatan, makna dan perasaan (emotion).
Banyak dari kita salah kaprah mengartikan passion hanya berupa
kenikmatan saja (gairah). Tapi melupakan sisi makna dan emotion.
Padahal sesuatu yang kita lakukan itu tidak ada artinya apabila tidak bermakna
dan tidak ada perasaan dalam melakukannya. Makna (meaning) berhubungan
dengan kepercayaan atau believe seseorang, yang jika dikaji
lebih dalam lagi adalah kepercayaan terhadap Tuhan.Emotion dalam
hal ini adalah perasaaan kita dalam menjalaninya. Banyak dari para pekerja
berkata “saya kerja siang malam banting tulang demi menghidupi keluarga”. Dari
sini dapat dijelaskan bahwapassion adalah dorongan positif dari
dalam diri untuk termotivasi dalam menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik
mungkin agar mendapatkan hasil yang maksimal. Tentu Passion berawal
dari hasrat atau ketertarikan terhadap pekerjaan yang mereka lakukan. Namun
semuanya tergantung dari jenis pekerjaan yang mereka lakukan. Disinilah butuh
sensibilitas dari pemimpin organisasi Ansor dalam menempatkan karyawan sesuai dengan
minat, bidang dan bakatnya, sehingga para karyawan merasa ‘bergairah’ dalam
bekerja.
Ada sebuah syair oleh
seorang sufistik yaitu Jalaludin Rumi yang mengatakan bahwa “ kau harus hidup
di dalam cinta, sebab manusia yang mati tidak dapat melakukan apapun, siapa
yang hidup? Dia yang dilahirkan oleh cinta”. Begitu dahsyatnya cinta dalam
berbagai dimensi kehidupan, sehingga semua yang kita kerjakan tanpa rasa cinta
hanya akan menghasilkan materi yang tak memiliki makna dan bersifat sementara.
Komentar
Posting Komentar