DETASEMEN WANITA BANSER
(DENWATSER)
Konferensi Besar Nahdlatul Ulama di Lombok NTB pada tanggal
23-25 November 2017 memberikan ruang lingkup kepada kader-kader wanita NU
militer dengan nama Detasemen Wanita
Banser (Den. Watser NU) yang garis komandonya langsung di bawah Ansor dan
Banser. Bersama Banser, Denwatser akan
saling melengkapi dalam menjadi benteng ulama dan NKRI.
Denwatser bermula sejak tahun 1960-an. Dulu Denwatser
bernama Barisan Perempuan NU Militer.
Pada saat itu negara membutuhkan wanita-wanita yang berjiwa militer guna
menghadapi serangan wanita PKI (Gerwani). Setelah PKI tumpas, orde baru
menginstruksikan kepada seluruh warga Indonesia bahwa tugas kemiliteran adalah
tugas TNI. Hal tersebut menyebabkan
wanita-wanita militer NU dirasa tidak dibutuhkan lagi sehingga tidak ada
pengkaderan, lama-kelamaan akhirnya
hilang.
Sebelum munculnya PKI,
sebenarnya wanita NU telah ada yang berjuang dalam bidang kemiliteran,
yaitu Nyai Hj. Asmah Sjahrunie. Beliau aktif dalam Fujinkai (Barisan Perempuan
Militer bentukan Jepang). Dalam NU sendiri,
beliau aktif di Konsulat NU naungan Nahdlatul Oelama Muslimat tahun
1952.
Selain Ibu Asmah, ada
lagi tokoh Fatayat yang turut aktif dalam latihan militer yaitu Nyai Hj.
Asnawiyah. Beliau turut aktif dalam latihan militer untuk menghadapi revolusi
di Indonesia pada tahun 1952. Beliau dilatih menembak, mengaktifkan granat, dan memadamkan
kebakaran.
Zaman berganti,
tantangan lama hilang, muncul tantangan baru. Bangsa Indonesia kembali
membutuhkan wanita-wanita militer, dibuktikan dari munculnya kembali
kader-kader wanita NU militer di berbagai daerah di Indonesia.
Kader laki-laki dan wanita NU militer yang saling
bekerjasama diharapkan akan semakin mengkokohkan benteng negara iniDenwatser
merupakan wadah pengkaderan wanita-wanita NU yang berjuang dalam bidang
kemiliteran.
Komentar
Posting Komentar