Langsung ke konten utama
Trump, Palestina, dan Peran Strategis NU



Trump mencapai klimaksnya. Setelah Clinton, Bush, Obama yang hanya berani berteriak saat kampanye, Trump justru melangkah lebih jauh, mendeklarasikan Jerusalem/ Al Quds sebagai ibu kota Israel.

Langkah "strategis" AS ini jelas untuk mengukuhkan hegemoni Yahudi terhadap Al Quds dan secara simultan melakukan perampasan hak-hak warga Palestina. Dan ini merupakan kesewenangan akut, tidak hanya untuk warga Palestina, tetapi seluruh umat muslim sedunia.

Ada tiga alasan umat muslim harus marah dan mengutuk aksi koboi Trump ini.  Yakni, pertama; Di Jerusalem tepatnya di Baitul Maqdis (Masjidil Aqsa) adalah tempat persinggahan Rasullullah saw sebelum mi'raj ke Sidratul Muntaha untuk terima perintah sholat. Di Masjidil Aqsa pula, kiblat pertama umat muslim diputuskan, selama 16 bulan sebelum berubah menghadap Ka'bah.

Kedua, Palestina adalah tanah tempat dimana banyak nabi dilahirkan, menerima risalah, hingga dimakamkan. Sejarah mencatat Palestina adalah bumi nabi dimana disitulah jejak Islam berkumandang dahsyat. Nabi Isa, Dawud, Musa, Sulaiman, Ibrahim, Ishaq, Yusuf adalah deretan Nabi yang menjejakkan dakwahnya di Palestina. Itulah mengapa Khalifah Umar Bin Khatab menyebut Palestina sebagai wathanul anbiya (negeri para nabi) dan tanah wakaf umat muslim.

Ketiga, aksi Trump jelas merupakan penjajahan kemanusiaan yang sistematis dan terstruktur. Lahirnya "Resolusi Haram 181" yang diratifikasi PBB - dan memunculkan Israel sebagai negara merdeka pada 14 Mei 1948 -  adalah bukti sistematis yang sulit dibantah bahwa AS dan sekutu Yahudinya ingin melenyapkan Palestina dan juga situs sejarah Islam dari muka bumi.

Disinilah NU seharusnya mampu melakukan peran strategisnya. Pemerintah telah lakukan langkah konkret. Jalur diplomatik yang dilakukan Menlu ke Kedubes AS dan komunikasi Presiden ke pimpinan negara OKI, Liga Arab, dan PBB untuk mendesak Trump membatalkan keputusannya telah berjalan.

Maraknya solidaritas masyarakat dunia melalui aksi damai turun ke jalan, penggalangan bantuan dana untuk Palestina, hingga seruan doa bersama, serta seruan boikot produk AS adalah bukti sahih bahwa masyarakat dunia juga meradang dengan kelakuan Trump. Palestina telah memunculkan empati bersama.

Tapi itu semua belumlah cukup. Harus ada aksi solidaritas yang terpimpin, terstruktur, dan berjalan massif dalam satu misi yg sama. Dan disinilah peran strategis NU menemukan titik temunya.
NU yang mempunyai kekuatan jejaring internasional dan struktur organisasi sampai tingkat desa, harus digerakkan dengan isue besar bersama menyuarakan kemerdekaan Palestina.

Di satu sisi PBNU harus melakukan lobi internasional ke sejumlah negara Arab untuk menundukkan AS. Jika Arab Saudi saja bisa takluk untuk mengganti Wahabi dengan Aswaja, mengapa tidak PBNU menggunakan pengaruhnya, menggunakan Arab Saudi untuk menekan AS. Bukankah AS sangat berkepentingan dengan Arab Saudi.

Di sisi lain, PBNU harus menggunakan kekuatan jaringan organisasinya. instruksikan secara berjenjang seluruh tingkatan pengurus NU dan Banom untuk melakukan aksi dengan Doa Bersama, Qunut Nazilah, dan aksi damai turun jalan dalam waktu bersamaan di seluruh kota. Bahkan hingga seruan boikot  produk AS.

Sudah saatnya NU unjuk gigi dan melakukan  shock terapy  tidak saja pada umat muslim Indonesia, tapi muslim sedunia. Bahwa NU berada dalam garda terdepan untuk membela Palestina. Media daring atau medsos harus dipenuhi dan diviralkan kampanye massif dan seragam dari PBNU. Isue Palestina harus mampu membawa NU menguasai trending topik dunia di ranah maya.

Inilah momentum para kiai dan ulama NU memegang komando dan memimpin umat Islam Indonesia-yang akhir akhir ini berserak akibat isue khilafah dan pilkada Jakarta- untuk menyuarakan rasa kepedulian atas Palestina dan Masjid Al Aqsa.

Kesewenangan Trump bisa menjadi momentum kebangkitan NU untuk memimpin umat Islam Indonesia, bahkan dunia dan membuktikan kepada rakyat Palestina bahwa NU adalah saudara yang tak mungkin meninggalkan saudaranya yang terluka. Sama halnya ketika NU berteriak NKRI Harga Mati, Al Quds pun adalah Harga Mati untuk Palestina.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH KELAM PEMBUNUHAN SESAMA MUSLIM YANG TAK PERNAH TERLUPAKAN Gelombang JARGON Kembali ke Al Qur'an dan As Sunnah Sangat Deras Sekali . Sebuah fenomena ??? Akankah terulang Sejarah Akhir priode khulafaur rosyidin di NKRI yg kita cintai .... ?  “Hukum itu milik Alloh, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.” Itulah teriakan Abdurrohman bin Muljam Al Murodi (Khowarij) ketika menebas tubuh Sayyidina Ali bin Abi Tholib, karomallohu wajhah pada saat bangkit dari sujud sholat Shubuh pada 19 Romadlon 40 H itu. Abdurrohman bin Muljam menebas tubuh Sayyidina Ali bin Abi Tholib dengan pedang yang sudah dilumuri racun yang dahsyat. Racun itu dibelinya seharga 1000  Dinar. Tubuh Sayyidina Ali bin Abi Tholib mengalami luka parah, tapi beliau masih sedikit bisa bertahan. 3 hari berikutnya (21 Romadlon 40 H) nyawa sahabat yang telah dijamin oleh Rosululloh SAW menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang muslim yang selalu merasa paling Islam. Sayyidina...
Kopiah Hitam Sebagai Simbol Patriotisme KOPIAH adalah tutup kepala yang terbuat dari beludru warna gelap dengan ketinggian antara 6 sampi 12 Cm. Dari segi bentuk merupakan modifikasi antara torbus Turki dengan peci India. Di tempat lain kopiah juga disebut sebagai songkok ada juga yang menyebut peci. Kopia ini sudah cukup lama dipakai oleh masyarakat Islam Nusantara terutama kalangan pesantren. Dikisahkan bahwa seorang santri Sunan Giri Gresik dikenal sebagai raja cengkeh, karena kalau pulang ke kampung halamannya Maluku selalu membawa kopiah, sambil menyiarkan Islam di daerah yang dulu dikenal dengan nama Hitu itu  membawa kopiah, setiap sebuah kopiah diganti oleh masyarakat setempat dengan cengkih yang banyak sekali, sehingga ketika kembali ke pesantren Giri santri tersebut membawa cengkih yang amat banyak, yang sangat laku di Gresik. Demikian juga santri Giri yang pulang ke daerah asalnya juga selalu membawa kopiah, sehingga tutup kepala yang satu ini me...
SYEKH 'IZZUDDIN BIN' ABDUSSALAM Izzuddin bin 'Abdussalam adalah ahli fiqih (fuqaha') dari madzhab Syafi'i yang terkenal wara ', tawadhu' dan zuhud. Namun, sikap tawaddu'nya sama sekali tidak ada sama keberaniannya mengkritik kekeliruan seorang raja. Syaikh Izzuddin pernah mempin kaum Muslimin. Ia bergelar Sulthan al-Ulama '(pemuka para ulama'). Nama lengkap Syaikh Izzuddin adalah Abu Muhammad Izzuddin Abdul Aziz bin Abdis Salam bin Abu al-Qasim bin al-Hasan bin Humman al-Salami al-Dimasyqi al-Syafi'i. Dilahirkan di Damaskus pada tahun 577 H. Pidato ulang jenis lain lahir pada tahun 578 H. "Izzuddin" (kemuliaan agama) adalah gelar yang diberikan berkatkarya kepakarannya dalam agama. Beliau juga disebut Sulthan al-Ulama (pemuka para ulama '). Gelar ini diberikan oleh muridnya, Ibnu Daqiq al-'Id sebagai bentuk penghargaan atas atas kerja keras kedekatan para ulama pada masanya. Usaha itu diimplementasikan dalam sikap-s...